|
Pulau Sempu |
Suara mesin perahu meraung-raung keras ditambah bau solar yang
mengudara di sekitar dek perahu menjadi kawan pagi itu. Sementara sang
nahkoda sibuk mengendalikan arah perahu agar tetap sesuai jalur. Perahu
dengan mesin yang telah dimodifikasi ini sepertinya susah untuk melaju
dengan cepat sehingga tidak digunakan untuk mencari ikan di lautan
karena pasti tidak akan mampu menghadang ganasnya gelombang Samudera
Hindia. Di perairan yang tenang saja dia sudah ngos-ngosan.
|
Pulau Sempu adalah daratan yang ada di sisi kiri |
Pulau Sempu letaknya berada di selatan Malang, dan masuk bagian dari
Kabupaten Malang. Pantai Sendang Biru adalah dermaga untuk menuju Pulau
Sempu, dari sini tak butuh waktu lama untuk menyeberang, tak sampai
setengah jam itupun dengan kecepatan perahu yang begitu pelan.
‘Catat nomor HP saya itu’, kata Pak Sunar, sang pengendali perahu
yang mengantar kami menuju Pulau Sempu sambil menunjuk barisan angka
yang tertulis di dek perahu.
‘Nanti kalau sudah mau pulang, telpon saja, akan saya jemput lagi.’ lanjutnya.
|
Pak Sunar sang nahkoda |
Banyak perahu yang bertugas mengantar pengunjung menuju Pulau Sempu.
Perahu ini akan membawa pengunjung mendarat lalu akan kembali lagi ke
Sendang Biru. Mereka akan menjemput lagi apabila ada panggilan telepon
dari para penyewa perahu tadi.
Pulau Sempu adalah sebuah cagar alam yang memiliki luas sekitar 877
hektar di bawah naungan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA)
Provinsi Jawa Timur dan memiliki empat ekosistem yaitu ekosistem hutan
mangrove, hutan pantai, danau dan hutan tropis dataran rendah.
|
Suasana hutan di Pulau Sempu |
Sekitar satu jam trekking melewati hutan yang masih lebat, sampailah
ke tempat tujuan utama yaitu Segara Anakan. Laguna yang konon katanya
begitu indah.
Glekkk.. Mood saya tiba-tiba hilang. Bagaimana tidak, melihat begitu
banyaknya orang yang ada disana. Tenda-tenda berjejer bahkan seperti
saling berebut tempat. Apalagi teriakan-teriakan dan gelak tawa dari
para pemuda tanggung membuat suasana menjadi begitu gaduh. Pada dasarnya
saya memang tidak terlalu suka keramaian, apalagi keramaian di tempat
yang seharusnya tenang. Memang ini long weekend yang sudah diprediksi
bahwa kunjungan ke Pulau Sempu akan melonjak, tapi tetap saja ini diluar
perkiraan saya.
|
Banyaknya tenda dan sampah yang ada |
Teman-teman saya langsung nyebur melihat genangan air yang tenang dan
bergradasi itu. Indah sekali memang. Sementara saya harus menunggu mood
saya kembali baik.
Tempat yang begitu indah seharusnya dijaga dengan begitu baik, bukan
berarti saya mengatakan harus menutup tempat ini agar tetap lestari,
bukan itu. Tapi harus ada aturan ketat dimana apa yang anda bawa masuk
itu jugalah yang anda bawa keluar. Hal ini harus diterapkan, mengingat
banyaknya sampah yang berserakan di sekitar Segara Anakan, dari sampah
bungkus permen sampai tas kresek banyak ditemukan, bahkan botol-botol
beling juga ada.
|
View yang ‘agak sepi’ ini baru saya peroleh ketika tengah hari ketika orang-orang sudah malas nyebur karena panas menyengat |
Oke, sampah segitu memang ‘tidak terlalu’ mengurangi fungsi alam,
tapi tetap saja sedikit apapun sampah akan sangat merusak sebagus apapun
pemandangan. Sampah yang ada ditempat sampah saja terlihat mengganggu
apalagi sampah yang berada beserakan di tempat yang seharusnya bersih.
Rasanya tak ada artinya ketika bungkus permen yang saya makan lalu saya
simpan di kantong celana sampai menemukan tempat sampah, sedangkan
orang-orang dengan gampangnya membuang bungkus mie instan.
|
Pemandangan tengah hari |
Tepat tengah hari kami meninggalkan Segara Anakan dan sejam
berikutnya meninggalkan Pulau Sempu saat Pak Sunar kembali menjemput.
Pesan saya lebih baik jangan ke Pulau Sempu kalau hanya untuk hura-hura
dan anda tak mampu untuk menjaga kebersihannya.
sumber:
http://www.tanpakendali.com/2012/11/lebih-baik-jangan-ke-pulau-sempu.html
0 Response to "Indahnya Pulau Sempu"
Posting Komentar